ETIKA
BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN
FEBI FADILLAH
2SA05
19611141
ETIKA DAN NORMA-NORMA BISNIS
Salah satu aspek yang sangat popular dan perlu mendapat perhatian dalam dunia
bisnis kita sekarang ini adalah perlunya etika dan moral bisnis. Etika bisnis
selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang
berpengaruh pada perusahaan (stakeholder loyality), juga sangat menentukan maju
atau mundurnya perusahaan.
Menurut Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah
suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang
dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi. Etika, aslinya adalah suatu komitmen untuk
melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena itu,
perilaku etika berperan melakukan “apa yang benar” dan “baik” untuk menentang
apa yang “salah” dan apa yang “buruk”.
Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M.
Griffin (200:80), etika bisnis adalah suatu istilah yang sering dipergunakan
untuk menunjukkan perilaku etika dari seorang manajer atau karyawan suatu
organisasi.
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa demikian? Karena, semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholders. Stakeholders adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap perusahaan. Ada dua jenis stakeholders yang berpengaruh terhadap perusahaan, yaitu internal stakeholders dan external stakeholders. Investor, karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan sebagai internal stakeholders bersama-sama dengan pelanggan, asosiasi pedagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat umum, dan kelompok khusus yang berkepentingan terhadap perusahaan sebagai external stakeholders semuanya sangat menentukan keputusan-keputusan perusahaan dan menentukan keberhasilan perusahaan.
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa demikian? Karena, semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholders. Stakeholders adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap perusahaan. Ada dua jenis stakeholders yang berpengaruh terhadap perusahaan, yaitu internal stakeholders dan external stakeholders. Investor, karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan sebagai internal stakeholders bersama-sama dengan pelanggan, asosiasi pedagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat umum, dan kelompok khusus yang berkepentingan terhadap perusahaan sebagai external stakeholders semuanya sangat menentukan keputusan-keputusan perusahaan dan menentukan keberhasilan perusahaan.
Menurut Zimmerer (1996:21) ada 8 kelompok stakeholders
yang mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis, yaitu (1) Para pengusaha/ mitra
usaha, (2) Petani dan pemasok bahan baku (supplier), (3) Organisasi Pekerja,
(4) Pemerintah, (5) Bank, (6) Investor, (7) Masyarakat Umum, (8) Pelanggan dan
Konsumen.
(1) Para Pengusaha dan Mitra Usaha
Selain merupakan pesaing, para pengusaha juga merupakan mitra. Sebagai mitra.
Para pengusaha merupakan relasi usaha yang dapat bekerja sama dalam menyediakan
informasi atau sumber peluang, misalnya akses pasar, akses bahan baku, dan
akses sumber daya lainnya. Bahkan mitra usaha dapat berperan sebagai pemasok,
pemroses, dan pemasar. Mereka secara bersama-sama menentukan harga jual atau
harga beli, menentukan daerah pemasaran, dan menentukan standar barang dan
jasa. Loyalitas mitra usaha akan sangat bergantung pada kepuasan yang mereka
terima (bagian dari stakeholders satisfaction) dari perusahaan.
(2) Petani dan Perusahaan Pemasok Bahan Baku
Petani dan Perusahaan berperan dalam menyediakan bahan baku. Pasokan bahan baku
yang kurang bermutu dan pasokan yang lambat dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Oleh sebab itu, petani dan perusahaan yang memasok bahan baku
merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan bisnis. Keputusan dalam menentukan
kualitas barang dan jasa sangat tergantung juga pada pemasok bahan baku.
Sebagai contoh, untuk menghasilkan produk jamu “Air Mancur” atau “Jamu Jago”
yang berkualitas tinggi sangat diperlukan bahan baku yang berkualitas yang
dihasilkan oleh para petani. Jadi, bahan baku yang berkualitas sangat
tergantung pada loyalitas para petani dalam menghasilkan bahan baku. Sebaliknya,
loyalitas petani penghasil bahan baku yang tinggi sangat tergantung pada
tingkat kepuasan yang mereka terima dari perusahaan baik dalam menentukan
kepuasan harga jual bahan baku maupun dalam bentuk insentif lainnya.
(3) Organisasi Pekerja yang Mewakili Pekerja
Organisasi pekerja dapat mempengaruhi keputusan melalui proses tawar menawar
secara kolektif. Tawar menawar tingkat upah, jaminan sosial, jaminan kesehatan,
konvensasi, dan jaminan hari tua sangat berpengaruh langsung terhadap
pengambilan keputusan. Perusahaan yang tidak melibatkan organisasi pekerja
dalam pengambilan keputusan sering menimbulkan protes-protes yang mengganggu
jalannya perusahaan. Sebagai contoh, unjuk rasa buruh yang terjadi di Indonesia
sekarang ini adalah sebagai akibat ketidakpuasan para buruh terhadap keputusan
sepihak yang diambil perusahaan. Para buruh kurang dilibatkan dalam pengambilan
keputusan-keputusan perusahaan. Ketidakloyalan para pekerja dan protes-protes
buruh adalah akibat dari ketidakpuasan mereka terhadap keputusan yang diambil
perusahaan.
Ketidakloyalan yang paling tragis adalah ketika perusahaan sedang mengalami penurunan keuntungan akibat krisis ekonomi, justru para pekerja menuntut kenaikan upah dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Tuntutan ini sebagai akibat dari kurangnya kepuasan para pekerja dalam hal upah dan jaminan kerja yang tetap rendah saat perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi.
Ketidakloyalan yang paling tragis adalah ketika perusahaan sedang mengalami penurunan keuntungan akibat krisis ekonomi, justru para pekerja menuntut kenaikan upah dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Tuntutan ini sebagai akibat dari kurangnya kepuasan para pekerja dalam hal upah dan jaminan kerja yang tetap rendah saat perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi.
(4) Pemerintah yang Mangatur Kelancaran Aktivitas Usaha
Pemerintah dapat mengatur kelancaran aktiva usaha melalui serangkaian
kebijaksanaan yang dibuatnya. Peraturan-peraturan dan perundang-undangan
pemerintah sangat berpengaruh terhadap iklim usaha, Undang-Undang Monopoli,
Undang-undang Hak Paten, Hak Cipta, dan peraturan yang melindungi dan mengatur
jalannya usaha sangat besar pengaruhnya terhadap dunia usaha. Misalnya
pemberian hak monopoli dan tax holiday oleh pemerintah terhadap perusahaan
mobil “TIMOR” sebagai produk mobil nasional, menjadikan produk perusahaan
tersebut menguasai pasaran. Akan tetapi, ketika pemberian hak monopoli dan
pembebasan bea masuk dari pemerintah dikurangi maka pasarannya menjadi
berkurang.
(5) Bank Penyedia Dana Perusahaan
Bank selain Berfungsi sebagai jantungnya perekonomian secara makro juga sebagai
lembaga yang dapat menyediakan dana perusahaan. Neraca-neraca perbankan yang
kurang likuid dapat mempengaruhi neraca-neraca perusahaan yang tidak likwid
juga. Sebaliknya neraca-neraca perusahaan yang kurang likwid dapat mempengaruhi
keputusan bank dalam menyediakan dan bagi perusahaan. Bunga kredit bank dan
persyaratan-persyaratan yang dibuat bank penyandang dana sangat besar
pengaruhnya terhadap keputusan yang diambil dalam bisnis. Sebagai contoh,
krisis neraca perbankan yang terjadi di Indonesia mengakibatkan krisis neraca
perusahaan-perusahaan baik perusahaan skala kecil, menengah, dan besar.
(6) Investor Penanam Modal
Investor penyandang dana dapat mempengaruhi perusahaan melalui serangkain
persyaratan yang diajukan. Persyaratan tersebut akan mengikat dan sangat besar
pengaruhnya dalam pengambilan keputusan. Misalnya, Investor hanya bersedia
menanam modalnya di Indonesia apabila modal yang di Investasikannya menjamin
pengembalian investasi (return on investment) yang besar. Untuk itu, para
investor sering kali menerapkan persyaratan manajemen mereka, misalnya standart
tenaga kerja, standar bahan baku, standart produk, dan aturan lainnya. Jadi,
loyalitas investor sangat tergantung pada tingkat kepuasan investor dalam
menanam modalnya.
(7) Masyarakat Umum yang Dilayani
Masyarakat umum yang dilayani dapat mempengaruhi keputusan bisnis. Mereka akan
merespon dan memberikan informasi tentang bisnis kita. Mereka juga merupakan
konsumen yang akan menentukan keputusan-keputusan perusahaan baik dalam
menentukan produk barang dan jasa yang dihasilkan maupun dalam menentukan
tehnik yang digunakan. Respon terhadap operasi perusahaan, kualitas barang,
harga barang, jumlah barang, dan pelayanan perusahaan mempengaruhi
keputusan-keputusan perusahaan. Harga dan kualitas barang serta pelayanan
perusahaan kepada masyarakat yang kurang memuaskan akan menciptakan citra
perusahaan menjadi rusak. Ini berarti loyalitas masyarakat (sebagai bagian dari
stakeholders) terhadap perusahaan menjadi rendah sebagai akibat dari rendahnya
kepuasan yang mereka terima dari perusahaan.
(8) Pelanggan yang Membeli Produk
Pelanggan yang membeli produk secara langsung dapat mempengaruhi keputusan
bisnis. Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan, berapa jumlahnya dan
tehnologi bagaimana yang diperlukan sangat ditentukan oleh pelanggan dan mempengaruhi
keputusan-keputusan bisnis.
Selain kelompok-kelompok tersebut diatas, beberapa kelompok lain yang berperan dalam perusahaan adalah para stakeholders kunci (key stakeholders) seperti manajer, direktur dan kelompok khusus.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas para stakeholders (stakeholders loyalty) sangat tergantung pada kepuasan para stakeholders (stakeholders satisfaction).
Selain kelompok-kelompok tersebut diatas, beberapa kelompok lain yang berperan dalam perusahaan adalah para stakeholders kunci (key stakeholders) seperti manajer, direktur dan kelompok khusus.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas para stakeholders (stakeholders loyalty) sangat tergantung pada kepuasan para stakeholders (stakeholders satisfaction).
Menurut Ronald J. Ebert (2000:182), jika seseorang
menyenangi suatu pekerjaan, maka ia akan merasa puas. Bila merasa puas maka
akan memiliki moral yang tinggi. Mathieu Paquerot (2000) seorang Guru Besar
University of La Rochelle Prancis, dalam makalahnya “Stakeholders Loyalty”
mengemukakan bahwa kepuasan stakeholders (stakeholders satisfaction) akan
mendorong loyalitas para stakeholders (stakeholders loyalty) terhadap
perusahaan. Menurutnya, “ … loyalty should help the organization to create
differentiation. Loyalty is a barrier to entry for after competitors”.
Loyalitas dari para stakeholders dapat mendorong perusahaan untuk menciptakan
diferensiasi. Oleh karena loyalitas dapat mendorong diferensiasi, maka
loyalitas stakeholders akan menjadi hambatan (barrier) bagi para pesaing. Ingat
bahwa diferensiasi merupakan bagian dari generik strategi untuk memenangkan
persaingan (Porter, 1998).
Jelaslah, bahwa etika bisnis merupakan landasan penting dan harus diperhatikan
terutama untuk menciptakan dan melindungi reputasi (goodwill) perusahaan. Oleh
sebab itu, menurut Zimmerer, etika bisnis merupakan masalah yang sangat
sensitive dan kompleks. Mengapa demikian ? Menurutnya, karena membangun etika
untuk mempertahankan reputasi (goodwill) lebih sukar ketimbang mengahancurkan.
Selain etika dan perilaku yang tidak kalah pentingnya dalam bisnis adalah norma etika.
Selain etika dan perilaku yang tidak kalah pentingnya dalam bisnis adalah norma etika.
Menurut Zimmerer (1996:22) ada tiga tingkatan norma etika, yaitu :
1. Hukum. Hukum berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur mana
perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Hukum hanya
mengatur standar perilaku minimum.
2. Kebijakan dan Prosedur Organisasi. Kebijakan dan Prosedur Organisasi memberi
arahan khusus bagi setiap orang dalam organisasi dalam mengambil keputusan
sehari-harinya. Para karyawan akan bekerja sesuai dengan kebijakan dn prosedur
perusahaan/ organisasi.
3. Moral Sikap Mental Individual. Sikap mental individual sangat penting untuk
menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral
dan sikap mental individual biasanya berasal dari keluarga, agama, dan sekolah.
Sebagian lagi yang menentukan etika perilaku adalah pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman. Kebijakan dan aturan perusahaan sangat penting terutama untuk
membantu, mengurangi, mempertinggi pemahaman karyawan tentang etika perilaku.
Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat dikembangkan melalui tiga tahap :
Tahap Pertama, mengakui dimensi-dimensi etika yang ada sebagai suatu alternatif atau suatu keputusan. Artinya, sebelum wirausaha menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat, lebih dahulu ia harus mengakui etika yang ada.
Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat dikembangkan melalui tiga tahap :
Tahap Pertama, mengakui dimensi-dimensi etika yang ada sebagai suatu alternatif atau suatu keputusan. Artinya, sebelum wirausaha menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat, lebih dahulu ia harus mengakui etika yang ada.
Tahap Kedua, mengidentifikasikan stakeholders kunci yang terlibat dalam
pengambilan keputusan. Setiap keputusan bisnis akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh barbagai stakeholders. Karena konflik dalam stakeholders dapat
mempengaruhi pembuatan keputusan, maka sebelum keputusan itu dibuat terlebih
dahulu harus dihindari konflik antar stakeholders.
Tahap Ketiga, membuat pilihan alternatif dan membedakan antara respons dan
bukan etika. Ketika membuat pilihan alternatif respon etika dan bukan etika,
serta mengevaluasi mana dampak negatif dan dampak positifnya, manajer akan
menemukan beberapa hal sebagai berikut :
a. Prinsip-prinsip dan etika perilaku.
b. Hak-hak moral.
c. Keadilan.
d. Konsekuensi dan Hasil.
e. Pembenaran Publik.
f. Intuisi dan pengertian/ wawasan.
a. Prinsip-prinsip dan etika perilaku.
b. Hak-hak moral.
c. Keadilan.
d. Konsekuensi dan Hasil.
e. Pembenaran Publik.
f. Intuisi dan pengertian/ wawasan.
Tahap Keempat adalah memilih respon etika yang terbaik dan
mengimplementasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten dengan tujuan, budaya,
dan sistem nilai perusahaan serta dengan keputusan individu-individu.
Siapakah fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika dalam perusahaan ? Menurut Zimmerer, fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer.
Siapakah fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika dalam perusahaan ? Menurut Zimmerer, fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer.
Oleh karena itu, ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya,
yaitu :
1. Manajer Immoral. Manajer Immoral didorong oleh Sumber : Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura Formation 1996 hal. 21, alasan kepentingan dirinya sendiri demi keuntungan sendiri atau perusahaannya. Kekuatan yang menggerakkan manajemen Imoral adalah kerakusan/ ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen immoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji dibawah upah fisik minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta dan sebagainya.
2. Manajemen Amoral. Tujuan utama dari manajemen amoral adalah juga profit,
akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci
yang membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau
norma etika. Bahkan pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam mengambil
keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil
keputusan. Salah satu contoh dari manajemen amoral adalah penggunaan test lie
detector bagi calon karyawan.
3. Manajemen Moral. Manajemen moral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan,
tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Filosofi
manajer moral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam
perilaku.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN PERILAKU BISNIS
PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN PERILAKU BISNIS
Menurut pendapat Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh Zimmerer
(1996:27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku,
yaitu :
(1) Kejujuran (Honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur,
sungguh-sungguh, blak-blakan, terus terang : tidak curang, tidak mencuri, tidak
menggelapkan dan tidak berbohong.
(2) Integritas (Integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang
terhormat, tulus hati, berani dan penuh pendirian/ keyakinan, tidak bermuka
dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
(3) Memelihara janji (Promise Keeping), yaitu selalu mentaati janji, patut
dipercaya, penuh komitmen, patuh, jangan menginterprestasikan persetujuan dalam
bentuk teknikal atau legalistic dengan dalih ketidakrelaan.
(4) Kesetiaan (Fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman,
karyawan, dan negara; jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang
diperoleh dalam kerahasiaan; begitu juga dalam suatu konteks professional,
jaga/ lindungi kemampuan untuk membuat keputusan professional yang bebas dan
teliti, hindari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan.
(5) Kewajaran/ Keadilan (Fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur;
bersedia untuk mengakui kesalahan; dan memperlihatkan komitmen keadilan,
persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau
kemalangan orang lain.
(6) Suka Membantu Orang Lain (Caring for Others), yaitu saling membantu,
berbaik hati, belas kasihan, tolong menolong, kebersamaan dan menghindari
segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
(7) Hormat kepada Orang Lain (Respect for Others), yaitu menhormati martabat
manusia, mengjormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi
semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri seseorang, jangan
mempermalukan seseorang dan jangan merendahkan martabat orang lain.
(8) Kewarganegaraan yang Bertanggung Jawab (Resposssibility Citizenship), yaitu
selalu mentaati hukum/ aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses
demokrasi dalam mengambil keputusan.
(9) Mengejar Keunggulan (Pursuit of Excellence), yaitu mengejar keunggulan
dalam hal, baik dalam pertemuan personal maupun pertanggung jawaban
professional, tekun, dapat dipercaya/ diandalkan, rajin , getol, dan penuh
komitmen, melakukan semua tugas dengan yang terbaik berdasar kemampuan, mengembangkan
dan mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
(10) Dapat Dipertanggungjawabkan (Accountability), yaitu memiliki tanggung
jawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu
memberi contoh.
CARA-CARA MEMPERTAHANKAN STANDAR ETIKA
CARA-CARA MEMPERTAHANKAN STANDAR ETIKA
1. Ciptakan Kepercayaan Perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang berdasar tanggung jawab etika bagi stakeholders.
2. Kembangkan Kode Etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar
tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dan karyawan.
Topik-topik khas yang ada pada suatu kode etik biasanya memuat tentang :
a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaan pada hukum.
b. Kualitas dan keamanan tempat kerja.
c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja.
d. Konflik kepentingan (conflic interest).
e. Praktik dan latihan karyawan.
f. Praktik pemasaran dan penjualan.
g. Keamanan dan kebebasan.
h. Kegiatan berpolitik.
i. Pelaporan finansial.
j. Hubungan dengan pemasok (supplier).
k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.
l. Jaminan dagang (insider information).
m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha.
n. Perlindungan lingkungan
o. Informasi pemilikan.
p. Keamanaan kemasan.
a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaan pada hukum.
b. Kualitas dan keamanan tempat kerja.
c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja.
d. Konflik kepentingan (conflic interest).
e. Praktik dan latihan karyawan.
f. Praktik pemasaran dan penjualan.
g. Keamanan dan kebebasan.
h. Kegiatan berpolitik.
i. Pelaporan finansial.
j. Hubungan dengan pemasok (supplier).
k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.
l. Jaminan dagang (insider information).
m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha.
n. Perlindungan lingkungan
o. Informasi pemilikan.
p. Keamanaan kemasan.
3. Jalankan Kode Etik Secara Adil dan Konsisten. Manajer harus mengambil
tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui, bahwa yang
melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi Hak Perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat
tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-prinsip
moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk menghindari
penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan-keputusan etika seseorang harus
memiliki : (a) Komitmen Etika, yaitu tekat seseorang untuk bertindak secara
etis dan melakukan sesuatu yang benar, (b) Kesadaran Etika, yaitu kemampuan
untuk merasakan implikasi etika dari suatu situasi, (c) Kemampuan Kompetensi,
yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan mengembangkan
strategi pemecahan masalah secara praktis.
5. Adakan Pelatihan Etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk
meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan Audit Etika Secara Periodik. Audit merupakan cara yang terbaik untuk
mengevaluasi efektifitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan
suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar iseng.
7. Pertahankan Standar yang Tinggi tentang Tingkah Laku, Jangan Hanya Aturan.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi manajer,
bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka
harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan bahwa betapa
pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika
tidak bisa dinegosiasi atau ditawar-tawar.
8. Hindari contoh Etika yang Tercela Setiap Saat. Etika diawali dari Atasan.
Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan Budaya yang Menenkankan Komunikasi Dua Arah. Komunikasi dua arah
sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan
dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan Karyawan dalam Mempertahankan Standar Etika. Para karyawan diberi
kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika
dipertahankan.
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial
perusahaan. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:83), etika
sangat berpengaruh pada tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial yang
mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan
sosial seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor. Tanggung
jawab sosial meyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda-beda.
Menurut
Zimmerer ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu :
1. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan,
artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan,
misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur
ulang limbah yang merusak lingkungan, menjalin komunikasi dengan kelompok
masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.
2. Tanggung Jawab Terhadap Karyawan. Menurut Ronald J. Ebert (2000:89) semua
aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti perekrutan, pengupahan,
pelatihan, promosi, dan kompensasi kesemuanya dalam rangka tanggung jawab
perusahaan terhadap karyawan. Menurut Zimmerer (2000) tanggung jawab perusahaan
terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara :
• Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat mereka.
• Minta input kepada karyawan.
• Berikan umpan balik baik negatif maupun positif.
• Ceritakan selalu kepada mereka tentang kepercayaan.
• Biarkan mereka mengetahui sebenar-benarnya apa yang mereka harapkan.
• Berilah hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
• Percayakanlah mereka.
3. Tanggung jawab Terhadap Pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1) Menyediakan
barang dan jasa yang berkualitas, (2) Memberikan harga produk dan jasa yang
adil dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi
hak-hak pelanggan. Menurutnya ada 4 hak pelanggan, yaitu :
• Hak untuk mendapatkan produk yang aman.
• Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk.
• Hak untuk didengar.
• Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996) hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi lima :
• Hak Keamanan. Barang dan Jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
• Hak untuk Mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang mereka beli termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
• Hak untuk Didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
• Hak atas Pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya, pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan program pendidikan agar mereka tahu informasi barang dan jasa yang akan dibelinya.
• Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antitrust.
• Hak untuk mendapatkan produk yang aman.
• Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk.
• Hak untuk didengar.
• Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996) hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi lima :
• Hak Keamanan. Barang dan Jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
• Hak untuk Mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang mereka beli termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
• Hak untuk Didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
• Hak atas Pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya, pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan program pendidikan agar mereka tahu informasi barang dan jasa yang akan dibelinya.
• Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antitrust.
4. Tanggung Jawab Terhadap Investor. Tanggung jawab perusahaan terhadap
Investor adalah menyediakan pengembalian (return) investasi yang menarik
diantaranya dengan memaksimumkan laba. Selain itu, perusahaan juga bertanggung
jawab untuk melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan setepat
mungkin.
5. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap masyarakat sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan
kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada
dilokasi tersebut.