Kebebasan Memilih (opini)
Alkisah, iblis membangkang perintah
Allah SWT untuk bersujud di hadapan Adam. Alasan iblis dalam penolakannya itu
karena ia merasa lebih mulia dari Adam: iblis diciptakan dari api sedangkan
Adam dari tanah. Makhluk yang lebih mulia tentunya tidak patut tunduk pada
makhluk yang derajatnya lebih rendah.
Akibatnya, iblis pun dikeluarkan dari surga. (Al-A’raf 11-12). Ada tiga kesalahan fatal yang dilakukan iblis dalam kasus ini yang membuatnya terusir dari posisi mulia bersama para malaikat. Pertama, sikap arogan atau takabur. Kedua, sifat iri dan dengki. Ketiga, tidak patuh pada perintah Allah SWT.Sikap arogan atau takabur iblis itu timbul karena egoismenya dalam memposisikan dirinya lebih tinggi dari manusia. Iblis lupa bahwa Adam menjadi lebih mulia dari iblis karena telah dianugerahi oleh Allah sesuatu yang tidak dimiliki oleh iblis. Yakni, ilmu yang merupakan bentuk dan kemampuan spiritual eksklusif Adam dan yang telah mengangkat derajat manusia bahkan di atas malaikat sekalipun.
Akibatnya, iblis pun dikeluarkan dari surga. (Al-A’raf 11-12). Ada tiga kesalahan fatal yang dilakukan iblis dalam kasus ini yang membuatnya terusir dari posisi mulia bersama para malaikat. Pertama, sikap arogan atau takabur. Kedua, sifat iri dan dengki. Ketiga, tidak patuh pada perintah Allah SWT.Sikap arogan atau takabur iblis itu timbul karena egoismenya dalam memposisikan dirinya lebih tinggi dari manusia. Iblis lupa bahwa Adam menjadi lebih mulia dari iblis karena telah dianugerahi oleh Allah sesuatu yang tidak dimiliki oleh iblis. Yakni, ilmu yang merupakan bentuk dan kemampuan spiritual eksklusif Adam dan yang telah mengangkat derajat manusia bahkan di atas malaikat sekalipun.
Arogansi dan egoisme iblis itu juga
yang membuatnya ingkar dan tidak patuh pada perintah Allah, Sang Pencipta yang
semestinya ditaati secara total tanpa reserve. Dan inilah kesalahan iblis yang
terbesar.
Iblis tahu dan yakin benar bahwa
Allah adalah Tuhan Pencipta alam semesta, yang menciptakan dia, para malaikat,
dan Adam. Dengan demikian, sebagai konsekuensinya, semua makhluk Tuhan termasuk
iblis harus menaati perintah-Nya, tanpa argumen apa pun.
Melanggar perintah Allah adalah
manifestasi ketidakpercayaannya pada keberadaan dan kekuasaan-Nya. Allah
menceritakan kembali peristiwa keingkaran iblis ini dalam Alquran tentunya
untuk diambil hikmahnya oleh umat manusia. Karena, manusia merupakan makhluk
unik yang terdiri atas dua elemen baik dan buruk: elemen iblis yang penuh
arogansi dan egoisme dan elemen malaikat yang selalu tunduk pada suara hati dan
nurani.
Apabila elemen malaikat yang selalu
menjadi pembimbing dalam keseharian hidup kita, dengan cara mematuhi segala
perintah dan menjauhi larangan-Nya, maka kita akan menempati posisi tertinggi
di mata Allah. Sebaliknya, apabila elemen iblis yang lebih mendominasi
perjalanan hidup kita dengan sikap takabur, egoisme, antisosial, dan keingkaran
pada-Nya maka kita akan menempati posisi terendah di antara makhluk-makhluk
Allah yang paling rendah (QS 95:4-8).
Ahli tafsir Yusuf Ali dalam
menafsiri Surat At-Tin ayat 4 mengatakan bahwa manusia sebagai khalifah Allah
di muka bumi telah dianugerahi kemauan dan kehendak serta kebijakan untuk
memilih. Karena itu, apa pun sikap yang akan kita pilih dan lakukan adalah
murni tanggung jawab kita sendiri, baik yang telah, sedang, maupun yang akan
kita lakukan. Itulah salah satu keistimewaan Islam dalam membimbing kehidupan
umat manusia: kita adalah pemikul dosa dan/atau pahala yang sudah, sedang, dan
akan kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar